Sebagaimana kita tahu bahwa derasnya arus globalisasi merupakan sebuah tantangan, sebuah ancaman, sekaligus sebagai berkah. Dikatakan sebagai tantangan dikandung maksud bahwa Bangsa Indonesia dituntut mau tidak mau harus siap dengan segala dampak dari sebuah proses westernisasi akibat derasnya arus informasi yang datang dari barat sebagai efek global. Proses westernisasi terjadi karena arus informasi dari barat ke negara Indonesia jauh lebih besar ketimbang arus informasi yang datang dari Indonesia ke barat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kultur budaya bangsa Indonesia, yang efek tragisnya adalah terjadinya sebuah Krisis Identitas Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki beraneka ragam budaya dan keluhuran budi. Disadari atau tidak fenomena krisis identitas telah mewabah di sebagian besar masyarakat Indonesia terutama kaum muda yang didalamnya sebagian besar adalah para pelajar. Inilah sebuah ancaman.
Di sisi lain kemajuan media informasi yang tumbuh sangat luar biasa ini terutama yang berkaitan dengan media internet, justru merupakan gerbang majunya suatu bangsa. Melalui kecanggihan teknologi internet akan menghapus faktor jarak dan waktu. Sehingga masyarakat dari suatu negara dengan negara lain dapat berinteraksi secara live, melakukan aktifitas transformasi Ilmu pengetahuan dan teknologi. Saling memperkenalkan produk suatu negara dan efek positifnya adalah akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat Indonesia. Inilah salah satu gambaran bahwa apabila disikapi dengan bijak globalisasi justru akan mendatangkan keuntungan besar. Inilah Berkah.
Dalam ranah kehidupan budaya, Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan keragaman budaya, sehingga Indonesia merupakan bangsa yang Berbhineka Tunggal Ika, berbeda beda suku bangsa dan budaya namun tetap satu Indonesia. Dari perbedaan kultur budaya daerah menjadi sebuah satu kesatuan Indonesia dapat terwujud karena adanya kesamaan nasib, sama sama dijajah waktu itu, dan kesamaan ingin melepaskan diri dari penjajah. Kemudian munculah Sumpah pemuda, dimana Pemuda Indonesia waktu itu dari berbagai ragam suku berikrar satu bangsa, satu bahasa Indonesia. Inilah yang disebut sebagai Nasionalisme. Dari filosofi tersebut nyatalah bahwa Nasionalisme sebenarnya bersumber dari akar budaya lokal/daerah yang memiliki karakteristik nilai keluhuran budi. Inilah budaya Indonesia.
Lalu apa hubunganya budaya dengan globalisasi ?
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa globalisasi menimbulkan suatu proses werternisasi, Westernisasi akan merubah kultur budaya suatu bangsa. Lihat saja fenomena sekarang, bagaimana gaya hidup Indonesia saat ini di bandingkan Indonesia sepuluh atau dua puluh tahun silam ?
Lalu bagaimana pola pelajar saat ini berkaitan dengan etika ?
Semuanya sungguh berbeda jauh. Barang kali ada yang mengatakan bahwa “itu sebuah proses alamiah dari suatu globalilsasi”. Pendapat ini tidak selamanya benar. Lihatlah Jepang ? ditengah tengah derasnya arus global Jepang masih saja tetap eksis, budaya Jepang tetap saja lestari hingga saat ini. Kalo Jepang mampu, mestinya Indonesia harus lebih mampu. Lalu bagaimana untuk mewujudkanya ?
Kenyataan dilapangan dimana krisis identitas kian mewabah, dapat teratasi apabila seluruh bangsa Indonesia memiliki COLECTIVE CONSCIOUSNESS yaitu sebuah “kesadaran bersama” akan pentingnya budaya lokal guna membendung budaya barat. Namun COLECTIVE CONSCIOUSNESS akan dapat berhasil dengan efektif apabila ada komitmen dan keseriusan pemerintah, adanya suatu tantangan dalam hal ini Globalisasi dijadikan sebagai musuh yang harus dihadapi (tantangan), ada faktor untuk mempercepat dalam hal ini melalui pendidikan, kemudian adanya internalisasi nilai budaya kepada masyarakat oleh para pemangku kebijakan. Yang terakhir adanya sistem kontrol yang akan mengontrol COLECTIVE CONSCIOUSNESS apabila ada hal hal yang kontra produktif terhadap pelaksanaan COLECTIVE CONSCIOUSNESS harus di ambil tindakan yang serius.
Pendidikan sebagai faktor pemercepat adanya proses kesadaran bersama untuk menghadapi globalisasi, memliki peran yang penting. Dalam hal ini melalui kegiatan pengembangan diri siswa diharapkan mampu menyalurkan bakat dan minatnya lewat kegiatan Ekstra Kurikuler.
Sturi dengan berdikari dan cekatanya memiliki sebuah komitmen untuk menjadikan sekolah berbasis budaya lokal berwawasan global melalui kegiatan Ekstra karawitan. Kegiatan Ekstra karawaitan yang dipandegani langsung oleh Guru guru senior di SMP N 1 Dukuhturi merupakan sebuah benteng budaya dan cagar budaya lokal guna menghadapi tantangan era global. Keseriusan Kepala Sekolah SMP N 1 Dukuhturi ( Sturi) dalam masalah ini tak diragukan lagi, yaitu dengan menunjuk Bapak Suyadi, S.Pd , Bapak Ali Sodikin, S.Pd dan Ibu Sumini, S.Pd sebagai pembina karawitan. Hadirnya karawitan saat-saat penyambutan tamu kedinasan, atau hadirnya karawitan di efen efen kegiatan telah membawa karakteristik sendiri bagi Sturi. Dan Alhamdulillah sabtu 14 April kemarin diliput oleh wartawan TV dan hari selasa 17 April 2012 tayang Di Trans TV. Pengin tahu hasil liputanya ? berikut video asli saat peliputan kegiatan Ekstrakurikuler Karawaitan. Salam Abita dan Salam Sturi
0 komentar:
Post a Comment